Budaya Suap
Sesungguhnya sesuatu yang diharamkan
bahkan sangat diharamkan dalam ajaran Islam adalah suap. Suap berarti memberi
sejumlah harta benda kepada pihak yang berwenang (pelaku birokrasi) yang mana
dengan tanpa pemberian tersebut hal itu memang sudah menjadi kewajibannya yang
harus ditunaikan. Hukum suap menjadi sangat diharamkan jika tujuannya adalah
memutarbalikkan yang batil menjadi benar atau membenarkan kebatilan atau
menganiaya seseorang.
Sedang menurut Ibnu Abidin bahwa suap
adalah sesuatu yang diberikan seseorang kepada hakim atau lainnya supaya orang
itu memutuskan sesuatu hal yang memihak kepadanya atau agar ia memperoleh
keinginannya (dengan pemberian tersebut-pent). Sesuatu yang diberikan itu
adakalanya berupa harta benda, uang atau apa saja yang bermanfaat bagi si
penerima sehingga keinginan penyuap tersebut dapat terwujud. Suap termasuk
salah satu dosa besar yang diharamkan Allah Subhannahu wa Ta'ala atas
hamba-hamba-Nya, dan Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Salam pun melaknat
pelakunya. Kita wajib menjauhi dan waspada terhadapnya serta memberi peringatan
kepada orang-orang yang melakukannya karena suap mengandung kejahatan dan
merupakan dosa besar serta berakibat sangat buruk. Allah Subhannahu wa Ta'ala
melarang kita untuk bekerjasama dalam dosa dan pelanggaran. Allah Subhannahu wa
Ta'ala berfirman: "Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran." (Al Maidah: 2) Allah Subhannahu wa Ta'ala juga melarang kita
memakan harta orang lain dengan cara yang batil, sebagaimana firman-Nya:
"Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di
antara kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta
itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda
orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu menge-tahui." (Al
Baqarah: 188) Suap termasuk cara paling buruk dalam memakan harta orang lain
dengan jalan batil, karena ia memberi uang kepada oran lain (secara tidak semestinya) dengan
maksud untuk menghalangi kebenaran.
Pengharaman suap meliputi 3 unsur
yaitu: Penyuap, yang disuap dan perantara dari keduanya, sebagaimana
sabda Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Salam : Allah Subhannahu wa Ta'ala
melaknat penyuap, yang disuap dan perantara dari keduanya." (HR. Ahmad dan
Thabrani)
Laknat Allah Subhannahu wa Ta'ala itu
berarti diusir atau dijauhkan dari limpahan rahmat-Nya. (Naudzubillahi min
dzalik) dan ini hanya terjadi pada perbuatan dosa besar. Suap merupakan
perbuatan buruk dan diharamkan Al Qur'an dan As Sunnah. Dan sungguh Allah
Subhannahu wa Ta'ala telah mengancam dan mencela orang-orang Yahudi karena
memakan yang haram, sebagaimana firman-Nya: "Mereka itu adalah orang-orang
yang suka mendengar berita bohong, banyak memakan yang haram." (Al Maidah:
42)
Begitu juga firmanNya:"Dan kamu
akan melihat keba-nyakan dari mereka (orang-orang Yahudi) bersegera membuat
dosa, permusuhan dan memakan yang haram. Sesungguhnya amat buruk apa yang
mereka telah kerjakan itu. Mengapa orang-orang alim mereka, pendeta-pendeta
mereka tidak melarang mereka mengucapkan perkataan bohong dan memakan yang
haram Sesungguhnya amat buruk apa yang telah mereka kerjakan itu." (Al
Maidah: 62-63) Terdapat banyak
hadits yang memberikan peringatan dari perbuatan yang haram ini dan menerangkan
akibat buruk bagi pelakunya, di antaranya adalah hadits yang diriwayatkan Ibnu
Jarir dari Ibnu Umar Radhiallaahu anhu dari Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Salam
, beliau bersabda: "Setiap daging yang tumbuh dari yang haram maka neraka
lebih pantas baginya." Kemudian ditanyakan kepada Nabi Shallallaahu
'alaihi wa Salam : "Apakah barang yang haram itu?" Nabi Shallallaahu
'alaihi wa Salam menjawab: "Suap dalam proses hukum."
Diriwayatkan dari Imam Ahmad dari Amr
bin Ash Radhiallaahu anhu berkata: Saya men-dengar Rasulullah Shallallaahu
'alaihi wa Salam bersabda: "Sesungguhnya Allah Subhannahu wa Ta'ala itu
Baik, tidak mau menerima kecuali baik dan sesungguhnya Allah Subhannahu wa
Ta'ala menyuruh orang-orang mukmin sebagaimana menyuruh kepada para rasul.
Allah Subhannahu wa Ta'ala
berfiman:"Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik dan
kerjakanlah amal yang shalih. (Al Mukminun : 51) Dan Dia berfirman: "Hai
orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami
berikan kepadamu." (Al Baqarah: 172) Kemudian Nabi Shallallaahu 'alaihi wa
Salam menuturkan cerita seorang laki-laki yang datang dari tempat yang jauh,
rambutnya tidak terurus dan badannya penuh debu sambil menadahkan tangannya ia
mengucapkan: Ya Rabbi, Ya Rabbi, sedang makanannya haram, minuman-nya haram,
pakaiannya haram dan diberi makan dengan yang haram, maka bagaimana mungkin
doanya akan dikabulkan. Wahai kaum muslimin, bertaqwalah kepada Allah
Subhannahu wa Ta'ala, jauhilah murka-Nya dan yang menyebabkan kemarahan-Nya.
Sesungguhnya Allah Subhannahu wa Ta'ala sangat cemburu jika dilanggar
larangan-larangan-Nya. Disebutkan dalam hadits shahih: Tidak ada yang lebih pencemburu selain Allah
Subhannahu wa Ta'ala. Kemudian hindarkanlah
dirimu dan keluargamu dari harta yang haram dan memakan yang haram, agar kamu
dan keluargamu selamat dari api neraka yang dijadikan Allah Subhannahu wa
Ta'ala lebih pantas ditempati bagi setiap daging yang tumbuh dari yang haram.
Sesungguhnya makanan yang haram menjadi sebab terhalang dan tidak terkabulnya
do'a. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan Muslim dari Abu Hurairah. Thabrani
juga meriwa-yatkan dari Ibnu Abbas Radhiallaahu anhu ia berkata: Dihadapan
Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Salam dibacakan ayat: "Hai sekalian
manusia makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi." (Al
Baqarah: 168) Kemudian Sa'ad bin Abi
Waqash berdiri dan berakta: Ya Rasulullah, berdo'alah Anda kepada Allah agar
Dia menjadikan aku orang yang selalu dikabulkan bila berdo'a. Lalu Nabi n
menjawab:
"Wahai Sa'ad, bersihkanlah isi
perutmu, niscaya engkau menjadi orang yang selalu dikabulkan do'anya, demi jiwa
Muhammad yang berada digeng-gamanNya, sesungguhnya seseorang yang menelan
sesuap makanan yang haram ke dalam perutnya, maka Allah Subhannahu wa Ta'ala
tidak akan menerima ibadahnya selama empat puluh hari. Dan hamba mana saja yang
daging (tubuhnya) tumbuh dari yang haram maka neraka lebih pantas baginya.
(Dikutip oleh Al Hafizh Ibnu Rajab dalam Kitab Jami'ul Ulum wal Hikam yang
diriwayatkan oleh Thabrani).
Hadits di atas menerangkan bahwa tidak memilih makanan yang baik dan halal menyebabkan do'a seseorang terhalang, tidak sampai kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala, dan cukuplah ia mendapat kesusahan dan kerugian. (Na'udzu billahi min dzalik)
Hadits di atas menerangkan bahwa tidak memilih makanan yang baik dan halal menyebabkan do'a seseorang terhalang, tidak sampai kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala, dan cukuplah ia mendapat kesusahan dan kerugian. (Na'udzu billahi min dzalik)
Ketahuilah, sesungguhnya Allah
Subhannahu wa Ta'ala menyeru agar menjauhkan diri dari neraka dan dari
siksa-Nya yang pedih, sebagaimana firman-Nya: "Hai orang-orang yang
beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya
adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras,
yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka
dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (At Tahrim: 6) Wahai kaum
muslimin, sambutlah seruan Allah, taatilah perintah-Nya dan jauhilah
larangan-Nya, waspada ter-hadap hal-hal yang menimbulkan murka-Nya, pasti kita
semua akan mendapat kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Allah Subhannahu wa
Ta'ala berfirman: Hai orang-orang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan
Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada
kamu, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan
hatinya, dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan. Dan peliharalah
dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zhalim saja
di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya. (Al Anfaal:
24-25) Hanya Allah Subhannahu wa Ta'ala
lah tempat kita meminta, semoga Allah Subhannahu wa Ta'ala menjadikan kita
semua termasuk orang-orang yang mendengarkan firman-Nya, kemudian mengikutinya,
dan termasuk orang-orang yang saling tolong menolong dalam kebaikan dan taqwa,
senantiasa berpegang teguh dengan Kitabullah dan sunnah Rasul-Nya. Dan semoga
Dia melindungi kita dari kejahatan jiwa kita dan keburukan perbuatan kita.
Semoga Dia senantiasa menolong agama-Nya dan meninggikan kalimat-Nya, serta
memberikan taufiq kepada pemimpin-pemimpin kita yang membawa kebaikan bagi
rakyat dan negara. Sesungguhnya Dialah Pelindung dan Yang Maha Kuasa atas
segalanya. (Bintu Abiha )
Dikutip dari buletin terbitan Daarul
Wathan Riyadh judul Ar Risywah, Risalah Terbuka, Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah
bin Baz.
No comments:
Post a Comment